Selasa, 26 Agustus 2014

munking memang benar


Mungkin memang benar, kau tau?! Kali ini aku memang merindukanmu. Di setiap loncatan fantasi liar itu, disetiap aliran nadi yang memainkan dentingan senyum manismu, ya aku merindukanmu. Kau tak seharusnya sejauh itu kan?! Ayolah manis, kita tak sejauh itu kan?! Ya aku tau, aku hanya terkurung oleh ruang dan waktu yang selalu berjalan beriringan setiap saat, kau bisa lihat begitu romantisnya mereka berdua. Hey perempuan manis! Kau tau, nampaknya aku tak menginginkanmu! Lebih dari itu, aku merindukanmu. Cukuplah bertemu sejenak untuk nantinya berpisah dan mengatakan
“aku duluan ya!”
Ya! Aku dan kamu memang sejalan, namun tak beriringan.
Kau tau? Aku seperti kehilangan sebuah not dalam tangga nada yang selama ini aku susun ketika aku tak melihat kehadiranmu. Aku seperti sang biru yang merindukan hadirnya sang merah, berbeda namun begitu sama. Kehadiranmu memang malapetaka bagiku, kau tau?! Karena setelah aku bertemu denganmu, aku tau, aku kan berpisah lagi dengan kalimat yang mungkin tak jauh dari kata
“aku duluan ya!”
Gila!
Mungkin benar  tentang cerita klasik itu. Hey perempuan! Nampaknya aku benar-benar mulai menjadikanmu bagian dari fragmen indah dalam kehidupanku, not dalam setiap dentingan lagu-lagu  lawasku dan juga mungkin, catatan manis dalam hidupku.  
“heh kemana aja kamu?”
Mungkin itu satu-satunya kalimat sambutan dariku untukmu.
Mengertilah, ini tak segampang menceritakan kembali Perang Sekigahara atau seperti melantunkan ulang sajak-sajak indah yang penuh kata merayu, jelas tidak! Ini pun tak serumit menjelaskan pengertian teori-teori yang sudah menumpuk (untuk kembali lupa) dalam otakku, ya ini sederhana.
“hey kemana aja kamu?”
Mungkin itu adalah kata lain dari:
“aku merindukanmu.”
Aku mungkin akui, aku ibarat orang keras dari bagian timur yang penuh tatapan mengintimidasi, tapi kau harus tau, tatapan matamu, setiap kalimat itu,
Nyaris membuatku lebih tidak waras dari biasanya.
Mungkin, ini fragmen palsu sementara, mungkin juga memang ditakdirkan menyiksa. mungkin ini sejenis cerita lompatan perasaan remaja, mungkin juga tak sesederhana yang aku duga. Aku memang merindukanmu, tatapan penuh ancaman, wajah yang selalu ceria (meski mungkin ada masalah besar yang kau sembunyikan), dan mungkin obrolan “dunia” yang agak terasing yang hanya dimengerti oleh sebagian dari “kita”.
Aku tak tau cara mengakhirinya.

Ini adalah rangkaian mekar bunga, sayangku
Juli, september dan desember pasti melaju
Aku hanyalah secercah cinta yang bisu
Hidup menanti mekar dan tumbuh lalu layu
  -Sajak 12 Desember 2012-