Mungkin memang benar,
kau tau?! Kali ini aku memang merindukanmu. Di setiap loncatan fantasi liar
itu, disetiap aliran nadi yang memainkan dentingan senyum manismu, ya aku
merindukanmu. Kau tak seharusnya sejauh itu kan?! Ayolah manis, kita tak sejauh
itu kan?! Ya aku tau, aku hanya terkurung oleh ruang dan waktu yang selalu
berjalan beriringan setiap saat, kau bisa lihat begitu romantisnya mereka
berdua. Hey perempuan manis! Kau tau, nampaknya aku tak menginginkanmu! Lebih dari
itu, aku merindukanmu. Cukuplah bertemu sejenak untuk nantinya berpisah dan
mengatakan
“aku duluan ya!”
Ya! Aku dan kamu memang
sejalan, namun tak beriringan.
Kau tau? Aku seperti
kehilangan sebuah not dalam tangga nada yang selama ini aku susun ketika aku
tak melihat kehadiranmu. Aku seperti sang biru yang merindukan hadirnya sang
merah, berbeda namun begitu sama. Kehadiranmu memang malapetaka bagiku, kau
tau?! Karena setelah aku bertemu denganmu, aku tau, aku kan berpisah lagi
dengan kalimat yang mungkin tak jauh dari kata
“aku duluan ya!”
Gila!
Mungkin benar tentang cerita klasik itu. Hey perempuan! Nampaknya
aku benar-benar mulai menjadikanmu bagian dari fragmen indah dalam kehidupanku,
not dalam setiap dentingan lagu-lagu lawasku dan juga mungkin, catatan manis dalam
hidupku.
“heh kemana aja kamu?”
Mungkin itu
satu-satunya kalimat sambutan dariku untukmu.
Mengertilah, ini tak
segampang menceritakan kembali Perang Sekigahara atau seperti melantunkan ulang
sajak-sajak indah yang penuh kata merayu, jelas tidak! Ini pun tak serumit
menjelaskan pengertian teori-teori yang sudah menumpuk (untuk kembali lupa)
dalam otakku, ya ini sederhana.
“hey kemana aja kamu?”
Mungkin itu adalah kata
lain dari:
“aku merindukanmu.”
Aku mungkin akui, aku
ibarat orang keras dari bagian timur yang penuh tatapan mengintimidasi, tapi
kau harus tau, tatapan matamu, setiap kalimat itu,
Nyaris membuatku lebih
tidak waras dari biasanya.
Mungkin, ini fragmen
palsu sementara, mungkin juga memang ditakdirkan menyiksa. mungkin ini sejenis
cerita lompatan perasaan remaja, mungkin juga tak sesederhana yang aku duga. Aku
memang merindukanmu, tatapan penuh ancaman, wajah yang selalu ceria (meski
mungkin ada masalah besar yang kau sembunyikan), dan mungkin obrolan “dunia”
yang agak terasing yang hanya dimengerti oleh sebagian dari “kita”.
Aku tak tau cara
mengakhirinya.
Ini
adalah rangkaian mekar bunga, sayangku
Juli,
september dan desember pasti melaju
Aku
hanyalah secercah cinta yang bisu
Hidup
menanti mekar dan tumbuh lalu layu
-Sajak
12 Desember 2012-