Jumat, 13 Januari 2012

jendela di lantai lima

hari jumat yang begitu sepi. bukan karena tidak ada guru melainkan karena tiba-tiba aku ingin melakukan sesuatu hal yang sudah lama ingin ku lakukan, ngobrol dengan jendela lantai lima, terkadang aku berkata padanya, "hei jendela apa yang bisa kau perlihatkan padaku selain pemandangan yang kuliah dari kacamu yang tembus, selain pemandangan musholla MTs selain sawah-sawah di belakang tembok beton asih putera dan begonya aku, he can't talk anything. he just shut up and keep silent, namun terkadang ia membawaku ke sebuah dunia, dunia yang bahkan anak autis sekali pun tak akan bisa masuk kesana, dunia itu adalh otak ku dan pemikirannya yang rumit, kadang didepan jendela itu aku bertanya "hei jendela apa yang ingin kau tunjukan padaku? apakah itu tentang kecurigaan ku terhadap para pemimpin yang aku merasa ia hanya memakan uang keluargaku, atau tentang keluhanku atas air yang terkadang surut bahkan habis saat ku pakai untuk wudhu, atau tentang keautisan ku yang kali ini ngobrol dengan benda bisu?" sialnya jendela itu hanya diam, namun ia seperti mengatakan seperti ini padaku "hai orang bego! pernahkah kau berpikir kesalahan cara berpikir orang yang selalu takjub melihat ke atas dan takut melihat kebawah? orang-orang idiot itu takut saat meilhat kebawah dan takjub keatas, seharusnya semua itu terbalik! seharusnya kau takjub meilhat kebawah, karena tuhan sudah membuatmu lebih tinggi dari yang lain, kau selalu sirik pada mereka yang bertubuh jangkung tanpa pernah berpikir bahwa masih banyak orang yang bernasib setinggi lutut kakimu dan kau takjub melihat ketas, seharusnya kau takut meihat ke atas, karena itu menggambarkan betapa kerdilnya kamu dibawah langit yang diatas itu lebih tinggi dan kau tak pantas untuk menunjukkan kesombonganmu!" lalu setelah itu dia diam, mungkin orang disekitarku tak mengetahui bahwa temannya itu sedang dalam kondisi autis berat.dan sampai pulang sekolah aku dalam kondisi berpikir aku merasa dalam hati bahwa "hari ini aku membuat dua kesalahan, 1 kembali autis 2 ngobrol dengan jendela yang memarahi ku" seandainya saja teman-temanku tau bahwa aku shock dimarahi jendela itu, aku yakin mereka akan semakin yakin bahwa FAIKA ITU AUTIS namun aku bukan autis aku cuman berbeda dari anda semua

2 komentar:

  1. hai.. kamu bukan satu-satunya orang yang suka heboh dengan pikiran yang berkecamuk di kepala.... Kalau pernah baca dunia Sophie, tokoh di buku itu bahkan punya tempat bersembunyi di bawah semak-semak untuk membebaskan pikirannya menembus langit... tetaplah dalam penjelajahan pikir yang menakjubkan. Supaya lebih seru harus didukung banyak bacaan deh...

    BalasHapus
  2. hmmmmmmm bener juga, mau baca ah

    BalasHapus