Selasa, 24 Maret 2015

aku hanya sedang merindukanmu dengan cara yang begitu sederhana.

Dunia tak pernah sesempit ini. Ruangan-ruangan yang kosong, jalanan yang lenggang menambah bukti betapa leganya dunia ini. Tapi, semua menjadi masalah ketika kamu, lagi-lagi hadir untuk kembali ‘menggangu’ dengan apa yang seharusnya aku tidak pikirkan, apa yang seharusnya aku tidak terlalu khawatirkan, namun yang menjadi masalah bahwa aku tidak bisa tidak memikirkan, tidak bisa tidak mengkhawatirkan sebuah subyek yang disebut kamu.

Kamu! kalau boleh aku ulang.

Kamu itu siapa? Apakah kamu yang setiap hari, dulu meminta melakukan first bump? Atau kamu yang dulu berdiskusi mengenai ‘dunia’ yang orang sekitar tidak pahami?, atau membicarakan kembali kota dimana kita berdua dididik, ditempa dan akhirnya diterima di sini?itukah Kamu?
Mungkin, oh bukan! memang iya itulah kamu. Sesosok wanita yang selalu aku rindu, bahkan dalam malam-malam yang membisu.

Maaf, terkadang kamu membuat subyek yang disebut aku akhirnya kembali merasakan rasa ingin berjumpa, bukan merindukan. ini nampaknya terlalu tinggi dari pada kata rindu. Mungkin aku cari dulu di KBBI apa itu yang lebih dari sekedar rindu.

Karena rindu hanya sekadar berjumpa lantas pergi. Aku merasa tidak demikian.

Ah aku ingat dulu aku pernah menulis begini:
ada Cinta yang Sehat dalam Tubuh Yang sehat,
ada Cinta yang Sehat dalam Tubuh Yang sakit
ada Cinta yang Sakit dalam Tubuh Yang sehat
ada Cinta yang sakit dalam Tubuh Yang sakit.

Dimanakah aku sekarang? nampaknya antara cinta yang sakit dan sehat sendiri adalah sebuah kebingunan. Ini adalah filsafatku yang gagal.

Oke puisi, bukan filsafat.

Diakhir kata selamat malam untukmu, aku hanya sedang merindukanmu dengan cara yang begitu sederhana, seperti apa yang disampaikan seorang pemberontak kepada seorang gadis dari kota seberang yang menjadikannya bungkam.
:D :3



Minggu, 22 Maret 2015

Tari Kartili: Antara Minahasa dan Orang Spanyol dari Eropa

Oleh: Faika Muhammad Aulia
Tidak mampu disangkal lagi. Bahwasanya, Indonesia dulu adalah negeri yang ramai dengan perdagangan. Setelah Kosntantinopel, ibu kota Romawi Timur/Byzantium sebagai penghubung dari perdagangan antara negeri-negeri di Eropa dan Asia jatuh ketangan Sultan Al-Fatih dari Ottoman Turki pada tahun 1453, bangsa Eropa, khusunya Portugis, mencari “the new world”.  Mereka berlayar ke negeri yang ada di sekitaran Asia guna berdagang, mencari rempah-rempah hingga akhirnya terjadi kolonialisasi.
Minahasa, lebih tepatnya Sulawesi Utara, tak luput dari pelayaran bangsa barat. Banyaknya hasil-hasil bumi yang laku dijual di Eropa membuat Spanyol singgah cukup lama disana. Menilik dari sejarah, dimana selalu diceritakan rakyat ditindas oleh para kolonialis eropa, dalam hal ini Spanyol di Minahasa, ternyata ada satu produk kebudayaan yang mereka hasilkan yaitu Tari Kartili.
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak. Dalam tujuh sistem kebudayaan menurut Koentjaraningrat yang di ambil dari Kluckhohn, bahwa ada 7 unsur kebudayaan secara universal. Satu diantaranya ialah Seni. Seni sendiri, salah satu bentuknya ialah Seni yang dinikmati dengan media penglihatan (Visual art)) misalnya lukisan, poster,seni bangunan, seni gerak, beladiri dan sebagainya. Dimana tari adalah salah satunya. Maka menurut pengertian diatas, bahwa Tari Kartili adalah bagian dari kebudayaan. Wujudnya adalah Aktivitas, unsurnya adalah seni, lebih tepatnya seni yang dinikmati dari segi visual art (pengelihatan).

Asal dari seni tari Kartili sendiri adalah akulturasi dari Spanyol dan Minahasa. Diceritakan ketika bangsa dari bekas negeri Al-Andalus ini datang ke tanah Minahasa untuk mencari rempah dan kemudia dijual ke Eropa. Setibanya di Minahasa (Sulawesi Utara atau dulu Celebes)  mereka mendapat hasil yang banyak. Karena senang, mereka, orang-orang Spanyol melakukan tarian. Rakyat pribumi lama-lama merasa terhibur dengan tarian tersebut dan menonton tarian yang dilakukan secara spontan itu. Masyarakat Minahasa akhirnya mengikuti tarian yang disebut Kartili. Sekembalinya Bangsa Spanyol kenegiri asalnya (tentu dengan membawa hasil bumi yang dibeli di Minahasa), tarian ini sudah mulai digemari Rakyat Minahasa pada umumnya. Tari katrili termasuk tari modern yang sifatnya kerakyatan. Tari Kartili biasa dilakukan saat pesta, dan di perkawinan.