Oleh:
Faika Muhammad Aulia
Tidak
mampu disangkal lagi. Bahwasanya, Indonesia dulu adalah negeri yang ramai
dengan perdagangan. Setelah Kosntantinopel, ibu kota Romawi Timur/Byzantium
sebagai penghubung dari perdagangan antara negeri-negeri di Eropa dan Asia
jatuh ketangan Sultan Al-Fatih dari Ottoman Turki pada tahun 1453, bangsa
Eropa, khusunya Portugis, mencari “the
new world”. Mereka berlayar ke
negeri yang ada di sekitaran Asia guna berdagang, mencari rempah-rempah hingga
akhirnya terjadi kolonialisasi.
Minahasa,
lebih tepatnya Sulawesi Utara, tak luput dari pelayaran bangsa barat. Banyaknya
hasil-hasil bumi yang laku dijual di Eropa membuat Spanyol singgah cukup lama
disana. Menilik dari sejarah, dimana selalu diceritakan rakyat ditindas oleh
para kolonialis eropa, dalam hal ini Spanyol di Minahasa, ternyata ada satu
produk kebudayaan yang mereka hasilkan yaitu Tari Kartili.
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan,
aktivitas, dan artefak. Dalam tujuh sistem kebudayaan menurut Koentjaraningrat
yang di ambil dari Kluckhohn, bahwa ada 7 unsur kebudayaan secara universal.
Satu diantaranya ialah Seni. Seni sendiri, salah satu bentuknya ialah Seni yang
dinikmati dengan media penglihatan (Visual art)) misalnya lukisan, poster,seni bangunan, seni gerak,
beladiri dan sebagainya. Dimana tari adalah salah satunya. Maka menurut
pengertian diatas, bahwa Tari Kartili adalah bagian dari kebudayaan. Wujudnya adalah Aktivitas,
unsurnya adalah seni, lebih tepatnya seni yang dinikmati dari segi visual art
(pengelihatan).
Asal dari seni tari Kartili sendiri adalah akulturasi dari
Spanyol dan Minahasa. Diceritakan ketika bangsa dari bekas negeri Al-Andalus
ini datang ke tanah Minahasa untuk mencari rempah dan kemudia dijual ke Eropa.
Setibanya di Minahasa (Sulawesi Utara atau dulu Celebes) mereka mendapat hasil yang banyak. Karena
senang, mereka, orang-orang Spanyol melakukan tarian. Rakyat pribumi lama-lama
merasa terhibur dengan tarian tersebut dan menonton tarian yang dilakukan
secara spontan itu. Masyarakat Minahasa akhirnya mengikuti tarian yang disebut
Kartili. Sekembalinya Bangsa Spanyol kenegiri asalnya (tentu dengan
membawa hasil bumi yang dibeli di Minahasa), tarian ini sudah mulai digemari
Rakyat Minahasa pada umumnya. Tari katrili termasuk tari modern yang sifatnya
kerakyatan. Tari Kartili biasa dilakukan saat pesta, dan di perkawinan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar